Sebelah Utara kota Garut terdapat sebuah Situ yang bernama Situ Bagendit. Indahnya alam situ ini telah membuat Situ Bagendit terkenal sebagai tempat rekreasi yg menyenangkan.
Konon beribu-ribu tahun yang lalu sebelum Situ Bagendit menjadi “Situ”, tempat itu merupakan dataran desa yg subur dan seorang janda kaya bernama Nyi Endit yg paling berkuasa dan ditakuti di desa tersebut.
Kekayaan yg berlimpah-limpah ia gunakan untuk modal dipinjamkan kepada penduduk dengan bunga yg amat tinggi. Untuk keamanan pribadinya, Nyi Endit memelihara beberapa orang jago sebagai tukang kepruk. Jago-jago itu selain bertindak sebagai pengawal pribadi Nyi Endit, juga bertugas sebagai “penagih paksa” mereka yg meminjam uangnya dan pada waktunya tak mau membayar utangnya.
Apabila musim panen tiba, dihalaman rumah Nyi Endit (yg lebih pantas disebut istana) penuh padat oleh hasil pertanian, terutama padi.
Pada suatu ketika datang musim kemarau yg amat panjang, yg mengakibatkan musim paceklik pun tiba, yg menyengsarakan petani-petani yg hidupnya sudah amat melarat. Dalam tempo yg singkat, penyakit kelaparan menghantui penduduk. Hampir setiap hari selalu ada kabar kematian penduduk karena kelaparan.
Tapi keadaan di istana tuan tanah dan lintah darat Nyi Endit justru sebaliknya. Hampir seminggu sekali pesta-pesta bersama sanak keluarga dan kerabatnya tetap diselenggarakan.
“saudara-saudara makan dan minumlah sepuas hati….. Malam ini kita rayakan keuntungan besar yg ku peroleh dari hasil panen tahun ini..” kata Nyi Endit sambil tersenyum di depan tamu-tamunya.
Tiba-tiba ditengah pesta itu muncul pengawal Nyi Endit dan menghadap perempuan itu.
“Nyai, diluar ada pengemis yg maksa ingin masuk ruangan untuk minta sedekah..”
“apa? Pengemis? Tak ada sedekah yg aku berikan….. Usir dia..!” teriak Nyi Endit.
Tapi ternyata yg dimaksud pengemis itu sudah ada di ruangan itu.
“nyi endit, kau memang benar-benar manusia kejam” kata pengemis tua itu.
“mau apa kau pengemis busuk? Pergi kau dari tempatku..!” dengan gusar Nyi Endit membentak.
Namun pengemis itu tetap diam tak beranjak dari tempatnya. Kemudian ia berkata:
“tak mau memberi sedekah kepada manusia melarat macam aku?! Hmm… Sungguh berkutuk hidupmu Nyi Endit..! Kau tega berpesta pora di tengah-tengah rakyat kelaparan dan sekarat karena darahnya setiap hari kamu hisap. Betul-betul kau lintah darat terlaknat..!!”
Mendengar ucapan pengemis tua itu Nyi Endit menjadi geram.
“binatang..! Anak-anak ayo kepruk dan cincang keledai tua itu..!” teriak Nyi Endit menyuruh pengawalnya.
Serentak keempat pengawal Nyi Endit itu mencabut goloknya masing-masing dan menyerbu pengemis tua itu. Tapi dalam sekali gebrak keempat pengawal itu terlempar jatuh hingga beberapa meter.
Nyi Endit dan semua tamu yg hadir menjadi sangat terkejut, tak menduga si pengemis itu memiliki kepandaian yg hebat.
“nyi endit, baiklah. Sebelum aku meninggalkan istanamu, karena ternyata kau tak mau berbaik hati kepadaku dan manusia-manusia melarat lainnya. Aku ingin memberikan pertunjukan padamu” kata pengemis itu seraya menancapkan sebatang ranting ke lantai. “Nah sekarang cabutlah kembali ranting ini, bila tak sanggup kau boleh mewakilinya kepada orang lain..! Bila kalian bisa mencabutnya, betul-betul kalian adalah orang yg paling mulia di dunia ini..!!!”
Nyi Endit masih memandang enteng pengemis itu, tapi ia merasa penasaran untuk mencabut ranting itu. Maka disuruh pengawalnya yg berbadan cukup kekar untuk mencabutnya.
“he…he…he…he… Baik nyai, kukira tak ada sulitnya” kata pengawal itu dengan sombong. Namun walau ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencabut rating itu, sungguh ajaib rating itu tidak tercabut sesenti pun.
“nyi endit, ternyata andalanmu yg kau bayar mahal itu tak berarti apa-apa bagimu. Lihatlah aku dengan mencabutnya…!!”.
Setelah berkata demikian, pengemis itu dengan mudah mencabut rating kayu itu. Dan dari lubang bekas rating itu tertancap memancarkan air dengan derasnya….
“nyi endit, sudah saatnya kau mendapat hukuman karena dosa-dosamu memeras penduduk” kata pengemis itu, kemudian secara samar-samar ia lenyap. Menghilang entah kemana.
Dan kemudian terdengar ledakan hebat dibarengi dengan menggelegaknya air yg keluar dari dalam tanah. Sementara diluar turun hujan dengan lebatnya, diselingi guncangan-guncangan gempa bumi yg seakan akan menarik desa itu kedalam perut bumi.
Dengan sekejap desa Nyi Endit yg malang itu sudah tergenangair bagai sebuah danau kecil yg baru terbentuk. Sementara penduduk lainnya selamat. Karena sebelum mala petaka itu terjai seorang pengemis misterius telah memberi tahu mereka supaya segera mengungsi, karena akan terjadi malapetaka dan banjir besar.
Demikianlah cerita tentang situ bagendit. Nama ini mungkin di ambil dari nama Nyi Endit, agar orang-orang selalu sadar dan ingat akan nasib manusa yg tamak, kikir dan serakah dengan memeras orang lain.
Menurut sebagian orang di Situ Bagendit, kini hidup seekor lintah sebesar kasur. Katanya itu jelmaan Nyi Endit..
http://apepsaprol.wordpress.com/2012/05/07/situ-bagendit-cerita-rakyat-jawa-barat/
Konon beribu-ribu tahun yang lalu sebelum Situ Bagendit menjadi “Situ”, tempat itu merupakan dataran desa yg subur dan seorang janda kaya bernama Nyi Endit yg paling berkuasa dan ditakuti di desa tersebut.
Kekayaan yg berlimpah-limpah ia gunakan untuk modal dipinjamkan kepada penduduk dengan bunga yg amat tinggi. Untuk keamanan pribadinya, Nyi Endit memelihara beberapa orang jago sebagai tukang kepruk. Jago-jago itu selain bertindak sebagai pengawal pribadi Nyi Endit, juga bertugas sebagai “penagih paksa” mereka yg meminjam uangnya dan pada waktunya tak mau membayar utangnya.
Apabila musim panen tiba, dihalaman rumah Nyi Endit (yg lebih pantas disebut istana) penuh padat oleh hasil pertanian, terutama padi.
Pada suatu ketika datang musim kemarau yg amat panjang, yg mengakibatkan musim paceklik pun tiba, yg menyengsarakan petani-petani yg hidupnya sudah amat melarat. Dalam tempo yg singkat, penyakit kelaparan menghantui penduduk. Hampir setiap hari selalu ada kabar kematian penduduk karena kelaparan.
Tapi keadaan di istana tuan tanah dan lintah darat Nyi Endit justru sebaliknya. Hampir seminggu sekali pesta-pesta bersama sanak keluarga dan kerabatnya tetap diselenggarakan.
“saudara-saudara makan dan minumlah sepuas hati….. Malam ini kita rayakan keuntungan besar yg ku peroleh dari hasil panen tahun ini..” kata Nyi Endit sambil tersenyum di depan tamu-tamunya.
Tiba-tiba ditengah pesta itu muncul pengawal Nyi Endit dan menghadap perempuan itu.
“Nyai, diluar ada pengemis yg maksa ingin masuk ruangan untuk minta sedekah..”
“apa? Pengemis? Tak ada sedekah yg aku berikan….. Usir dia..!” teriak Nyi Endit.
Tapi ternyata yg dimaksud pengemis itu sudah ada di ruangan itu.
“nyi endit, kau memang benar-benar manusia kejam” kata pengemis tua itu.
“mau apa kau pengemis busuk? Pergi kau dari tempatku..!” dengan gusar Nyi Endit membentak.
Namun pengemis itu tetap diam tak beranjak dari tempatnya. Kemudian ia berkata:
“tak mau memberi sedekah kepada manusia melarat macam aku?! Hmm… Sungguh berkutuk hidupmu Nyi Endit..! Kau tega berpesta pora di tengah-tengah rakyat kelaparan dan sekarat karena darahnya setiap hari kamu hisap. Betul-betul kau lintah darat terlaknat..!!”
Mendengar ucapan pengemis tua itu Nyi Endit menjadi geram.
“binatang..! Anak-anak ayo kepruk dan cincang keledai tua itu..!” teriak Nyi Endit menyuruh pengawalnya.
Serentak keempat pengawal Nyi Endit itu mencabut goloknya masing-masing dan menyerbu pengemis tua itu. Tapi dalam sekali gebrak keempat pengawal itu terlempar jatuh hingga beberapa meter.
Nyi Endit dan semua tamu yg hadir menjadi sangat terkejut, tak menduga si pengemis itu memiliki kepandaian yg hebat.
“nyi endit, baiklah. Sebelum aku meninggalkan istanamu, karena ternyata kau tak mau berbaik hati kepadaku dan manusia-manusia melarat lainnya. Aku ingin memberikan pertunjukan padamu” kata pengemis itu seraya menancapkan sebatang ranting ke lantai. “Nah sekarang cabutlah kembali ranting ini, bila tak sanggup kau boleh mewakilinya kepada orang lain..! Bila kalian bisa mencabutnya, betul-betul kalian adalah orang yg paling mulia di dunia ini..!!!”
Nyi Endit masih memandang enteng pengemis itu, tapi ia merasa penasaran untuk mencabut ranting itu. Maka disuruh pengawalnya yg berbadan cukup kekar untuk mencabutnya.
“he…he…he…he… Baik nyai, kukira tak ada sulitnya” kata pengawal itu dengan sombong. Namun walau ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencabut rating itu, sungguh ajaib rating itu tidak tercabut sesenti pun.
“nyi endit, ternyata andalanmu yg kau bayar mahal itu tak berarti apa-apa bagimu. Lihatlah aku dengan mencabutnya…!!”.
Setelah berkata demikian, pengemis itu dengan mudah mencabut rating kayu itu. Dan dari lubang bekas rating itu tertancap memancarkan air dengan derasnya….
“nyi endit, sudah saatnya kau mendapat hukuman karena dosa-dosamu memeras penduduk” kata pengemis itu, kemudian secara samar-samar ia lenyap. Menghilang entah kemana.
Dan kemudian terdengar ledakan hebat dibarengi dengan menggelegaknya air yg keluar dari dalam tanah. Sementara diluar turun hujan dengan lebatnya, diselingi guncangan-guncangan gempa bumi yg seakan akan menarik desa itu kedalam perut bumi.
Dengan sekejap desa Nyi Endit yg malang itu sudah tergenangair bagai sebuah danau kecil yg baru terbentuk. Sementara penduduk lainnya selamat. Karena sebelum mala petaka itu terjai seorang pengemis misterius telah memberi tahu mereka supaya segera mengungsi, karena akan terjadi malapetaka dan banjir besar.
Demikianlah cerita tentang situ bagendit. Nama ini mungkin di ambil dari nama Nyi Endit, agar orang-orang selalu sadar dan ingat akan nasib manusa yg tamak, kikir dan serakah dengan memeras orang lain.
Menurut sebagian orang di Situ Bagendit, kini hidup seekor lintah sebesar kasur. Katanya itu jelmaan Nyi Endit..
http://apepsaprol.wordpress.com/2012/05/07/situ-bagendit-cerita-rakyat-jawa-barat/
0 comments:
Post a Comment